‘halo’
‘a
apa benar ini Kenshin Yagura?’ terdengar gugup
‘hn,,
siapa?’
‘a
aku Karuka Yagumi’
‘...’
‘kamu
ingat?’
‘tidak’
‘aku
teman sekelompokmu dalam pelajaran Umiko-sensei’
‘oh
kau! Ada apa?’
‘bagaimana
jika kita mengerjakan tugas kelompok itu?’
‘sekarang?
Di mana?’
‘eh
i...tu.. terserah Kenshin deh’
‘di
rumah mu?’
‘uh’
‘atau
di rumahku?’
‘uuuuhhh
itu.. sebenarnya aku ti tidak tahu rumahmu, Kenshin’
‘aku
pun begitu’
Lama keduanya terdiam sambil menggenggam ponsel mereka
‘bagaimana
kalau di rumahku?’
tanya Kenshin memecahkan keheninan sejenak
‘uh?’
‘aku
ada perkerjaan yang harus kuselesaikan sekarang selain tugas kelompok itu’ jelas Kenshin
‘...’
‘nanti
bila belum selesai, kita bergantian. Aku yang akan ke rumahmu’ jelasnya lagi
‘ba
baiklah! Bi bisakah kau memberikan alamatmu?’ tanya Karuka
‘tentu
saja, bagaimana mungkin kau akan ke rumahku?’
Karuka terkekeh mendengarnya
‘perumahan
Kyoshi blok B nomor 23’
‘ah
baiklah! Aku akan segera ke sana’
‘baiklah!
Sampai bertemu’
‘baik’
Percakapan di telepon berakhir. Karuka segera
mengambil barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas kelompoknya.
Setelahnya ia berpamitan dengan ibunya pergi ke rumah temannya. Pada jam
segini, ayahnya tidak ada. Ia sedang bekerja.
Karuka berjalan ke halte bus, menunggu beberapa menit
akhirnya bus yang di tunggu telah tiba. Dia pun segera naik ke dalam bus.
Beberapa menit kemudian, ia pun turun di halte bus
yang lain dan berjalan beberapa langkah. Terlihat gapura yang cukup luas dan
terpampang tulisan PERUMAHAN KYOSHI.
Ia pun segera masuk ke dalamnya. Berjalan mencari alamat yang telah di berikan
oleh temannya.
Sekitar 10 menit kemudian, ia menghentikan langkahnya.
Melihat nomor yang tertera di salah satu pagar rumah dengan nomor yang tercatat
di kertas yang ia pegang sekarang. Ternyata sama. Sudah yakin benar, ia pun
mendekati pagar rumah itu. terlihat ada tombol di dekat tembok pagar itu. ia
pun menekan tombol itu, tak lama terdengar suara “SIAPA?” , Karuka pun
menjawab “ini Karuka Yagumi, apa benar
ini rumah Kenshin Yagura?”. Tidak ada jawaban.
“apa
benar ya ini rumahnya Kenshin? Besar sekali!!” gumamnya
Tiba-tiba pintu pagar itu terbuka dengan sendirinya,
ia agak terkejut saat menyadari itu. terdiam sejenak lalu ia melangkah masuk
dan menuju pintu masuk ke bangunan itu.
Tepat di depan pintu masuk utama, ia terdiam sejenak
dengan tangan kanan menggenggam, bersiap untuk mengetuk. Ia pun mengetuk pintu.
Terus hingga tiga kali, tak ada yang membuka. Tiba-tiba pintu terbuka dan
menampilkan sesosok makhluk.
“apa
kau tidak melihat ada tombol bel di sana?” sambil menunjuk dengan dagunya
“eh
a aku tidak lihat, maaf!”
menunduk
“untung
saja aku berada di dekat sini! Kalau tidak, tidak ada yang mendengar suara
ketukan darimu”
“ma’aaaf”
“masuklah!” pada akhirnya tuan rumah mempersilakan masuk
“baik!” Karuka pun masuk
Setelah masuk ke dalam rumah Kenshin
“wah
luas sekali!” gumamnya
kagum
“jangan
terkagum seperti itu!”
celetuk Kenshin membelakanginya
Seketika Karuka terdiam
Kenshin berjalan masuk lebih dalam, diikuti oleh
Karuka di belakangnya
“kita
kerjakan di kamarku”
“hah!
A apa kau yakin?”
tanya Karuka
“kenapa?
Ada yang salah?” tanya
Kenshin
“eehh..
tidak ... hanya saja kan... itu...”
“kau
takut aku menerjangmu?”
tanya Kenshin asal masih membelakanginya. Ia tak tahu wajah Karuka sudah merah
padam.
“eh
bu bukan begitu... a aku...”
“tidak
apa-apa, sudah ikut saja!”
Kenshin berjalan lagi menuju tangga, langkah demi langkah menuju lantai 2,
diikuti Karuka.
Tibalah mereka di kamar Kenshin
“wah!
Rapi sekali” gumam
Karuka sambil mengerjap-ngerjapkan mata
“jangan
terkagum seperti itu! kau ini!” celetuk Kenshin lagi agak kesal
“maaf!”
Mereka pun mengambil posisi yang nyaman untuk
mengerjakan tugas yang diberikan
“ini
tugas yang diberikan oleh Umiko-sensei” Karuka membuka
pembicaraan sambil menunjukkan buku.
Kenshin melihat dengan seksama
“sebenarnya
a aku tidak begitu mengerti”
kata Karuka
“aku
tidak heran” sahut
Kenshin
“hah?”
“kau
kan bodoh” lanjutnya lagi
Karuka menunduk, semakin dalam.
Kenshin tersenyum sinis
“aku
hanya bercanda” jelasnya
singkat
Mereka mulai mengerjakan tugas
Berselang beberapa menit beberapa jam. Waktu telah
berlalu cukup lama.
“hari
sudah gelap” katanya spontan
saat melihat langit yang sudah gelap dari jendela. Mendenger itu, Kenshin
spontan mendongakkan kepalanya melihat Karuka yang tadinya jari-jarinya
menari-nari di atas keyboard tiba-tiba terhenti. Ia pun ikut melihat keluar
jendela. Ia segera melihat jam dinding yang terpampang di samping kanannya,
tepat di belakang Karuka.
“pukul
8 tepat, kau ingin pulang?” tanya
Kenshin
“ingin,
tapi pekerjaan kita belum selesai” jawabnya
“kita
bisa lanjutkan besok, lagipula sedikit lagi selesai”
Karuka terlihat berpikir
“aku
sudah bilang, kita bergantian, kita akan mengerjakannya di rumahmu besok” jelasnya
lagi
“tapi
rumahku itu tidak terlalu bagus”
“apa-apaan
kau ini! Berbicara seperti itu! sudah! Berikan saja alamatnya”
“maaf
..” Karuka melai
menuliskan alamatnya di secarik kertas
“ini”
sambil menyerahkan kertas yang telah ia tulisi
Kenshin menerima kertas yang diberikan oleh Karuka
“kalau
begitu aku pulang, terima kasih”
“biar
kuantar kau dengan mobilku”
“aku
akan naik bus saja, tidak perlu repot-repot”
“aku
tidak merasa begitu, biar kuantar”
“tidak
usah, Kenshin. Aku bisa pulang sendiri”
“ini
sudah malam, sudah bagus aku mengantarmu. lebih aman”
“tidak
apa-apa”
“aku
akan mengantarmu, jangan membantah!”
Karuka terdiam
dibuatnya
Mereka keluar dari kamar berjalan menuju pintu utama.
Di carport
“aku
bisa pulang sendiri, Kenshin”
kata Karuka menyakinkan
“masuk!” tegas Kenshin
Karuka terdiam dan menurut untuk masuk ke dalam mobil.
Tak lama Kenshin masuk dan duduk di kursi pengemudi. Tak lama mobil bergerak.
Karuka terlihat gugup.
“kau
grogi?” tanya Kenshin
tiba-tiba, masih konsen dengan kemudinya
“uhh...” Karuka bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan
setelah sadar ia langsung menunduk
“kau
grogi berdua denganku?”
tanyannya lagi, masih konsen dengan kemudinya
Karuka semakin merapatkan mulutnya
“kenapa?”
“...” tak ada respon
“apa
kau menyukaiku?” tanyanya
lagi, masih konsen dengan kemudinya. Masih menatap ke depan tanpa tahu, tubuh
Karuka langsung menegang, matanya bergerak tak karuan.
“uhhh” Karuka seperti
menahan sesuatu, wajahnya memerah
“Karuka...” panggilnya tanpa menoleh
“Karuka?”
“Karuka?” kali ini ia menoleh
Terlihat Karuka tidak sadarkan diri
“oi!
Karuka! Karuka!!”
iapun langsung meminggirkn kendaraanya di tepi jalan. Ia menepuk pipi Karuka
pelan sambil memanggil namanya
“ya
ampun! Dia pingsan”
Di
rumah sakit
“uh..”
“uh” Karuka sedikit menggeliat sambil perlahan membuka
matanya
“kau
sudah siuman?” tanya
Kenshin
“kita
di mana?” tanya Karuka
Kenshin memutar bola mata mendengar pertanyaan itu
“tentu
saja kita di rumah sakit. Kau pingsan di mobil” jelasnya agak kesal menjawab pertanyaan itu
Karuka berusaha bangkit, Kenshin memberika segelas air
mineral.
“dok” panggil Kenshin
“kalian
boleh pulang”
“terima
kasih, dok”
Keluar dari kamar pasien
“merepotkan!” gumam Kenshin
“maaf” Karuka
menunduk lebih dalam berjalan mengikuti Kenshin
Skip
time
Sampai sudah di rumah Karuka. Karuka keluar dari mobil
“kau
ingin mampir?” tanya
Karuka
“apa
boleh?” tanyanya balik
“te
tentu saja”
“boleh
juga” dia segera
membuka pintu mobil, keluar setelahnya menutup dan menguncinya.
Karuka agak terkejut, ia menerima tawarannya.
Di depan pintu utama, Karuka membuka pintu sambil
berucap “aku pulang”
“selamat
datang” seseorang menyahut dari dalam rumah,
seseorang ia berjalan menuju Karuka. Seorang wanita paruh baya sedang
memperhatikan keadaan, ada seorang lagi di sana.
“kau
membawa tamu?” tanya
wanita paruh baya itu
“ibu!
Dia temanku, Kenshin”
jawab Karuka agak kesal
Ibu Karuka beralih menatap Kenshin, Kenshin pun
membungkukkan badan sedikit sambil berkata “apa
kabar”
Ibu Karuka tersenyum “mari makan malam bersama kami!” ajak ibu Karuka
“sebaiknya
saya langsung pergi”
jawab Kenshin
“jangan
begitu! Ayo bergabung!”
kata ibu Karuka
“baiklah
jika anda memaksa”
jawabnya pasrah
Di ruang makan
“anggaplah
rumah sendiri!” kata ibu
Karuka
Kenshin mengangguk segan lalu menyantap lagi makanan
yang dihidangan
Setelah usai makan malam, Kenshin menuju ke pintu
utama yang diikuti oleh Karuka, ibu dan ayahnya.
“terima
kasih, bi makan malamnya”
ucap Kenshin sambil membungkkukan badannya sebentar
“iya,
lain kali main-main saja ke sini”
“ibu!!” tegur Karuka pelan
Kenshin hanya menganggukkan kepala segan
“saya
pamit, permisi!” pamit
Kenshin
“hati-hati” sahut ibu Karuka
Kenshin berjalan menuju mobilnya, masuk ke dalamnya.
Setelahnya mobil bergerak jalan.
Keesokan
harinya
Di sekolah terlihat ramai siswa-siswa berlalu lalang
di koridor sekolah. Kenshin berjalan dengan santai tanpa mempedulikan sekitar.
Orang-orang bertegur sapa di pagi hari dengan berbagai ekspresi.
“Kenshin” panggil seseorang
Seseorang yang panggil pun menoleh ke asal suara
“ohayou” lanjutnya menyapa sambil tersenyum. Ternyata Karuka.
“jangan
sok akrab di sini!”
sahutnya ketus berlalu pergi
Karuka terdiam mendapat sambutan seperti itu. ia terlihat heran dengan tingkah teman
sekelompoknya itu.
Di
kelas
Kenshin mengambil posisi duduknya, begitu pula dengan
siswa yang lain. Bel tanda masuk
berbunyi dan dimulailah perlajaran pertama. Waktu terasa lama karena pelajaran
yang membosankan hari ini. Matematika, fisika, dan sastra bahasa Jepang. Tiga
mata kuliah yang membosankan.
Seusai sekolah, siswa-siswi bergegas menuju gerbang
utama untuk pulang ke rumah masing-masing.
Di rumah Karuka
“aku
pulang” salam Karuka
ketika masuk ke rumah lalu membuka sepatunya
“selamat
datang! Makan siang sudah siap” ucap ibunya dari dapur
“ayah
mana ya, bu?” tanya
Karuka saat masuk ke dapur lalu duduk di kursi makan
“tentu
saja bekerja” jawab
ibunya sambil mendudukkan diri di kursi makan
“oh
iya, aku lupa, bu”
sahut Karuka
“selamat
makan” ucap Karuka
sebelum makan lalu menyantap makan siangnya
Ibunya pun melakukan hal yang sama.
Seusai makan, Karuka menaruh piring kotor di atas zink
untuk dicuci.
TOK
TOK TOK
Terdengar ketukan pintu berbunyi
Karuka menoleh ke belakang
“siapa
ya, bu?”
TOK
TOK TOK
Terdengar suara ketukan pintu lagi
“cepat
buka pintunya!” perintah
ibu sambil membereskan peralatan yang telah dipakai
“iya” sahutnya dan bergegas menuju pintu utama
TOK
TOK TOK
“siap-
huh?”
Karuka terbungkam saat melihat siapa sosok di balik
pintu itu
“Kenshin?”
“kau
lupa kita belum menyelesaikan tugas kita?” tanya Kenshin pada intinya
“uh
i iya...” sahutnya di
ambang pintu yang terlihat bingung
“apa
kau tidak mempersilakan tamumu masuk?” tanya Kenshin
“oh
masuk masuk” sahutnya
cepat dengan membuka pintu lebar. Kenshin pun masuk ke dalam rumah
“siapa,
Karuka?” tanya ibu sambil berjalan menghampiri Karuka, setelah
melihat siapa tamunya.
“Kenshin?
Kau datang lagi” tegur ibu
“ibu!
Kami akan mengerjakan tugas di sini”
“kalau
begitu ibu akan membuatkan camilan untuk kalian”
Baru berbalik melangkah menuju dapur, langkahnya
terhenti dan menoleh ke belakang, ke arah Karuka dan Kenshin.
“kau
sudah makan siang, Kenshin?”
tanya ibu
“sudah” jawabnya sambil mengangguk
“oh
begitu” ibu pun
kembali ke dapur
“kita
kerjakan di mana?”
tanya Kenshin
“di
sini” jawab Karuka
singkat
“baiklah!”
“atau
mau di dekat halaman belakang?” tanya Karuka
“boleh
juga” jawab Kenshin
singkat
Di halaman belakang
Mereka mengambil posisi di teras kayu dekat halaman
belakang. Suasana di sana sangat nyaman dan tenang. Mereka mulai menyiapkan
perlengkapan untuk dikerjakan.
Ibu melangkah sambil membawa beberapa makanan ringan
dan minuman segar menuju halaman belakang.
“camilan
untuk kalian”
Karuka dan Kenshin spontan menoleh ke asal suara
“terima
kasih, bi” ucap Kenshin
“makanlah!
Kau pasti akan menyukainya, Karuka sangat suka makan ini hingga ada persediaan
di dapur”
“ibu!!”
“ya
sudah, bibi tinggal ya”
ibu Karuka pergi
Karuka menghela nafas, ia merasa malu.
“aku
coba ya?” tanya Kenshin
sambil bersiap mengambil camilan yang telah disediakan
Karuka mengangguk lalu melanjutkan pekerjaanya
“uhm..
enak” gumam Kenshin
sambil mengunyah makanan
Karuka tersenyum kecil mendengarnya
Sudah hampir 1 jam berlalu
“a
anu.. Kenshin” Karuka memecah keheningan
“uhm” Kenshin hanya menoleh ke Karuka setelah sejak tadi
asyik dengan laptopnya
“a
aku ke dalam sebentar ya?”
Kenshin hanya mengangguk
Ketika hendak berdiri, entah salah injak ia tidak bisa
menyeimbangkan diri. Spontan dia memegang tangan Kenshin yang tadinya mulain
memfokuskan diri di depan laptop
“aaah”
“oi!”
Kenshin terkejut dibuatnya
Mereka terjatuh dari atas teras panggung dengan tinggi
50 cm ke rerumputan tanah. Karuka yang sejak tadi memejamkan mata perlahan
mencoba membuka. Dia dalam posisi berbaring. Dia merasakan sesuatu bersentuhan
dengan dadanya. Dia sedikit menundukkan kepalanya melihat apa yang terjadi di
sana. Betapa terkejutnya ia melihat
pemandangan yang tak disangkanya.
Kenshin sedang mencerna apa yang terjadi. Perlahan ia mengangkat kepala dan tubuhnya
sedikit, melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ia berada di atas Karuka dengan
posisi wajahnya bersentuhan dengan dadanya. Dia melihat Karuka yang hanya
terdiam.
“ah
ma maafkan aku” kata Kenshin
gelagapan ketika melihat wajah Karuka sudah memerah padam dan segera menjauhkan
diri.
Tidak ada repon, Karuka benar-benar menegang dengan
wajah yang memerah karena malu. Telah mencapai puncaknya, ia pingsan.
“oi!
Karuka... oi! oi!!”
panggil Kenshin sambil menepuk pelan pipinya. Setelah yakin ia pingsan, ia segera
ia mengangkat tubuh Karuka dan membawa masuk ke dalam.
“ada
apa, Kenshin?” saat
melihat Karuka yang digendong ala bridal oleh Kenshin saat ia keluar dari
dapur.
“bi,
di mana kamar Karuka?”
tanya Kenshin
“ikut
bibi”
Sesampai di kamar Karuka, Kenshin membaringkannya
perlahan lalu membetulkan posisinya.
“apa
yang terjadi, Kenshin?”
tanya ibu Karuka khawatir
“entahlah,
bi... “ Kenshin dengan
wajah sedikit memerah
Ibu Karuka melihatnya dengan heran
Beberapa menit setelah keheningan antara Kenshin dan
ibu Karuka
“uh..” Karuka perlahan membuka mata
“uhh..” desahnya lagi
“kau
sudah siuman?” tanya seseorang kepada Karuka
Karuka masih belum memfokuskan penglihatannya, setelah
melihat siapa sosok yang bertanya tadi.
“Kenshin?” gumamnya pelan
“ini
minum dulu!” Kenshin
menyodorkan segelas air mineral
Karuka bergerak dari posisi berbaring ke posisi duduk
lalu mengambil air yang disodorkan oleh Kenshin.
“kau
tidak apa-apa, nak?”
tanya ibu
Karuka mengangguk
Kenshin menatap heran ke arah Karuka.
“kenapa
akhir-akhir ini kau sering pingsan?” tanya Kenshin tiba-tiba
Karuka spontan menoleh namun pandangannya ia alihkan
ke lain
“terlebih
lagi di dekatku? Ada apa?”
tanyanya lagi
Karuka menunduk sambil merapatkan bibirnya erat
“oh
ibu mengerti situasi ini!”
sahut ibu Karuka
“anda
tahu?” tanya Kenshin
sambil menatap ibu Karuka
“i
ibuu!!” tegur Karuka terdengar
manja seperti menahan sesuatu
“baiklah,
ibu ke dalam dulu”
Setelah
kepergian Ibu Karuka
“hey,
jawab!” lanjut Kenshin
“...”
“kau
pingsan saat di mobil kemudian ta ...” kalimatnya terputus saat mengingan insiden tadi,
wajahnya sedikit memerah
“...”
Terjadi keheningan antar mereka berdua
“apa
kau grogi?” Kenshin
bertanya lagi
“,,,”
“atau
kau menyukaiku?”
“uuhh” responnya terkejut tertahan
“kau
menyukaiku?” tanya
Kenshin lagi meyakinkan
Karuka mati-matian menahan sesuatu yang begejolak di
dada dan wajahnya
“oi..!!” Kenshin menyadari perubahan pada wajah Karuka
“baiklah!
Aku takkan mendesakmu, jadi jangan pingsan lagi!”
Karuka menggengam tangannya erat sambil memejamkan
mata. Terdengar helaan nafas yang dikeluarkannya dari hidungnya.
“sebenarnya
...”
Kenshin menoleh
“anu..
aku.. eeehh” lanjutnya
lagi
Kenshin masih setia mendengarkan dan memperhatikan
“aku..
sebenarnya ...”
Kenshin melihat perubahan wajah Karuka
“kalau
kau ingin pingsan karena mengatakannya, jangan katakan!”
“ka
kau harus tahu ...”
jawab Karuka cepat
Kenshin terdiam sambil memperhatikan sosok di depannya
“se
sebenarnya aku ... aku...”
“...”
Kenshin
mengerutkan alisnya
“aku..”
“kalau
kau ingin pingsan, jangan katakan!!”
“sebenarnyaakumenyukaimu” lanjutnya cepat tanpa jeda, ia menunduk semakin dalam
hingga surai rambutnya menutuoi wajahnya.
“aku
juga”
“huh!” Karuka spontan mendongakkan kepalanya menatap Kenshin
“sekarang
apa?” tanya Kenshin
“s
semudah itu kau mengatakannya?”
“kau
yang berlebihan”
“aku
kan ...” ia menunduk
lebih dalam hingga surai rambutnya menutupi wajahnya
Sebuah tangan besar meraih rambut yang menutupi wajah
Karuka dan menyelipkannya di daun telinganya. Karuka terkejut. Kenshin meraih
dagu Karuka, memaksanya mendongakkan wajahnya untuk menatapnya.
“apa
kita resmi menjadi sepasang kekasih?” tanya Kenshin berbisik tapi masih bisa didengar
Karuka karena jarak mereka sangat depat. Karuka mencoba kembali menunduk namun
dicegah oleh tangan besar Kenshin.
“tatap
aku!” pinta Kenshin
berbisik
Karuka memberanikan diri menatap mata Kenshin. Kenshin
mendekatkan bibirnya tiba-tiba ke bibir Karuka. Karuka terbelalak. Melihat
Kenshin memejamkan matanya, ia pun ikut memejamkan matanya menikmati kelembutan
yang menjalar melalui bibir.
Setelahnya ...
Kenshin melepaskan ciumannya. Bersamaan mereka membuka
mata.
“mmm
rasa strawberry” gumamnya
setelah melepaskan ciumannya
Wajah Karuka seketika memerah
“kau
terlihat manis dan imut jika wajahmu memerah” kata Kenshin
Karuka sangat malu dibuatnya, ia menundukkan kepalanya
menyembunyikan wajahnya yang ia yakini sudah sangat merah
“ah..
pasti akan sangat mudah menggodamu. Lihat saja sekarang telinganmu ikut
memerah”
Karuka cepat-cepat menutupi telinganya dengan
tangannya
“ah
... aku suka wajah memerahmu”
gumam Kenshin menatap ke langit-langit seolah-olah melihat pemandangan yang
luar biasa di atas
“Kenshin!!!” bentak Karuka. Wajahnya benar-benar memerah. Ia
benar-benar mati kutu dibuatnya.
“dasar
anak muda!” gumam ibu
Karuka yang sejak jadi memperhatikan mereka di dekat pintu kamar Karuka, lalu
pergi menjauh.
saturday-sunday, 30-31 May 2015
THE END
saturday-sunday, 30-31 May 2015