Senin, 01 Juni 2015

Short Love

‘halo’
‘a apa benar ini Kenshin Yagura?’ terdengar gugup
‘hn,, siapa?’
‘a aku Karuka Yagumi’

‘...’
‘kamu ingat?’
‘tidak’
‘aku teman sekelompokmu dalam pelajaran Umiko-sensei’
‘oh kau! Ada apa?’

‘bagaimana jika kita mengerjakan tugas kelompok itu?’
‘sekarang? Di mana?’

‘eh i...tu.. terserah Kenshin deh’
‘di rumah mu?’
‘uh’
‘atau di rumahku?’
‘uuuuhhh itu.. sebenarnya aku ti tidak tahu rumahmu, Kenshin’
‘aku pun begitu’

Lama keduanya terdiam sambil menggenggam ponsel mereka

‘bagaimana kalau di rumahku?’ tanya Kenshin memecahkan keheninan sejenak

‘uh?’
‘aku ada perkerjaan yang harus kuselesaikan sekarang selain tugas kelompok itu’ jelas Kenshin
‘...’
‘nanti bila belum selesai, kita bergantian. Aku yang akan ke rumahmu’ jelasnya lagi
‘ba baiklah! Bi bisakah kau memberikan alamatmu?’ tanya Karuka
‘tentu saja, bagaimana mungkin kau akan ke rumahku?’

Karuka terkekeh mendengarnya
‘perumahan Kyoshi blok B nomor 23’
‘ah baiklah! Aku akan segera ke sana’
‘baiklah! Sampai bertemu’
‘baik’

Percakapan di telepon berakhir. Karuka segera mengambil barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas kelompoknya. Setelahnya ia berpamitan dengan ibunya pergi ke rumah temannya. Pada jam segini, ayahnya tidak ada. Ia sedang bekerja.

Karuka berjalan ke halte bus, menunggu beberapa menit akhirnya bus yang di tunggu telah tiba. Dia pun segera naik ke dalam bus.

Beberapa menit kemudian, ia pun turun di halte bus yang lain dan berjalan beberapa langkah. Terlihat gapura yang cukup luas dan terpampang tulisan PERUMAHAN KYOSHI. Ia pun segera masuk ke dalamnya. Berjalan mencari alamat yang telah di berikan oleh temannya.

Sekitar 10 menit kemudian, ia menghentikan langkahnya. Melihat nomor yang tertera di salah satu pagar rumah dengan nomor yang tercatat di kertas yang ia pegang sekarang. Ternyata sama. Sudah yakin benar, ia pun mendekati pagar rumah itu. terlihat ada tombol di dekat tembok pagar itu. ia pun menekan tombol itu, tak lama terdengar suara “SIAPA?” , Karuka pun menjawab “ini Karuka Yagumi, apa benar ini rumah Kenshin Yagura?”. Tidak ada jawaban.

“apa benar ya ini rumahnya Kenshin? Besar sekali!!”  gumamnya
Tiba-tiba pintu pagar itu terbuka dengan sendirinya, ia agak terkejut saat menyadari itu. terdiam sejenak lalu ia melangkah masuk dan menuju pintu masuk ke bangunan itu.

Tepat di depan pintu masuk utama, ia terdiam sejenak dengan tangan kanan menggenggam, bersiap untuk mengetuk. Ia pun mengetuk pintu. Terus hingga tiga kali, tak ada yang membuka. Tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan sesosok makhluk.

“apa kau tidak melihat ada tombol bel di sana?” sambil menunjuk dengan dagunya
“eh a aku tidak lihat, maaf!” menunduk
“untung saja aku berada di dekat sini! Kalau tidak, tidak ada yang mendengar suara ketukan darimu”
“ma’aaaf”

“masuklah!” pada akhirnya tuan rumah mempersilakan masuk
“baik!” Karuka pun masuk

Setelah masuk ke dalam rumah Kenshin

“wah luas sekali!” gumamnya kagum
“jangan terkagum seperti itu!” celetuk Kenshin membelakanginya
Seketika Karuka terdiam
Kenshin berjalan masuk lebih dalam, diikuti oleh Karuka di belakangnya

“kita kerjakan di kamarku”
“hah! A apa kau yakin?” tanya Karuka
“kenapa? Ada yang salah?” tanya Kenshin
“eehh.. tidak ... hanya saja kan... itu...”
“kau takut aku menerjangmu?” tanya Kenshin asal masih membelakanginya. Ia tak tahu wajah Karuka sudah merah padam.
“eh bu bukan begitu... a aku...”
“tidak apa-apa, sudah ikut saja!” Kenshin berjalan lagi menuju tangga, langkah demi langkah menuju lantai 2, diikuti Karuka.

Tibalah mereka di kamar Kenshin
“wah! Rapi sekali” gumam Karuka sambil mengerjap-ngerjapkan mata
“jangan terkagum seperti itu! kau ini!” celetuk Kenshin lagi agak kesal
“maaf!”

Mereka pun mengambil posisi yang nyaman untuk mengerjakan tugas yang diberikan
“ini tugas yang diberikan oleh Umiko-sensei”  Karuka membuka pembicaraan sambil menunjukkan buku.

Kenshin melihat dengan seksama
“sebenarnya a aku tidak begitu mengerti” kata Karuka
“aku tidak heran” sahut Kenshin
“hah?”
“kau kan bodoh” lanjutnya lagi
Karuka menunduk, semakin dalam.
Kenshin tersenyum sinis
“aku hanya bercanda” jelasnya singkat
Mereka mulai mengerjakan tugas

Berselang beberapa menit beberapa jam. Waktu telah berlalu cukup lama.
“hari sudah gelap” katanya spontan saat melihat langit yang sudah gelap dari jendela. Mendenger itu, Kenshin spontan mendongakkan kepalanya melihat Karuka yang tadinya jari-jarinya menari-nari di atas keyboard tiba-tiba terhenti. Ia pun ikut melihat keluar jendela. Ia segera melihat jam dinding yang terpampang di samping kanannya, tepat di belakang Karuka.

“pukul 8 tepat, kau ingin pulang?” tanya Kenshin
“ingin, tapi pekerjaan kita belum selesai” jawabnya
“kita bisa lanjutkan besok, lagipula sedikit lagi selesai”
Karuka terlihat berpikir

“aku sudah bilang, kita bergantian, kita akan mengerjakannya di rumahmu besok jelasnya lagi
“tapi rumahku itu tidak terlalu bagus”
“apa-apaan kau ini! Berbicara seperti itu! sudah! Berikan saja alamatnya”
“maaf ..” Karuka melai menuliskan alamatnya di secarik kertas

“ini”  sambil menyerahkan kertas yang telah ia tulisi
Kenshin menerima kertas yang diberikan oleh Karuka

“kalau begitu aku pulang, terima kasih”
“biar kuantar kau dengan mobilku”
“aku akan naik bus saja, tidak perlu repot-repot”
“aku tidak merasa begitu, biar kuantar”
“tidak usah, Kenshin. Aku bisa pulang sendiri”
“ini sudah malam, sudah bagus aku mengantarmu. lebih aman”
“tidak apa-apa”
“aku akan mengantarmu, jangan membantah!”
 Karuka terdiam dibuatnya

Mereka keluar dari kamar berjalan menuju pintu utama. Di carport
“aku bisa pulang sendiri, Kenshin” kata Karuka menyakinkan
“masuk!” tegas Kenshin
Karuka terdiam dan menurut untuk masuk ke dalam mobil. Tak lama Kenshin masuk dan duduk di kursi pengemudi. Tak lama mobil bergerak. Karuka terlihat gugup.

“kau grogi?” tanya Kenshin tiba-tiba, masih konsen dengan kemudinya
“uhh...” Karuka bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan setelah sadar ia langsung menunduk
“kau grogi berdua denganku?” tanyannya lagi, masih konsen dengan kemudinya
Karuka semakin merapatkan mulutnya
“kenapa?”
“...” tak ada respon
“apa kau menyukaiku?” tanyanya lagi, masih konsen dengan kemudinya. Masih menatap ke depan tanpa tahu, tubuh Karuka langsung menegang, matanya bergerak tak karuan.
“uhhh”  Karuka seperti menahan sesuatu, wajahnya memerah
“Karuka...” panggilnya tanpa menoleh
“Karuka?”
“Karuka?” kali ini ia menoleh
Terlihat Karuka tidak sadarkan diri
“oi! Karuka! Karuka!!” iapun langsung meminggirkn kendaraanya di tepi jalan. Ia menepuk pipi Karuka pelan sambil memanggil namanya

“ya ampun! Dia pingsan”


Di rumah sakit

“uh..”
“uh” Karuka sedikit menggeliat sambil perlahan membuka matanya

“kau sudah siuman?” tanya Kenshin
“kita di mana?” tanya Karuka
Kenshin memutar bola mata mendengar pertanyaan itu
“tentu saja kita di rumah sakit. Kau pingsan di mobil” jelasnya agak kesal menjawab pertanyaan itu
Karuka berusaha bangkit, Kenshin memberika segelas air mineral.
“dok” panggil Kenshin
“kalian boleh pulang”
“terima kasih, dok”

Keluar dari kamar pasien
“merepotkan!” gumam Kenshin
“maaf”  Karuka menunduk lebih dalam berjalan mengikuti Kenshin

Skip time

Sampai sudah di rumah Karuka. Karuka keluar dari mobil
“kau ingin mampir?” tanya Karuka
“apa boleh?” tanyanya balik
“te tentu saja”
“boleh juga” dia segera membuka pintu mobil, keluar setelahnya menutup dan menguncinya.
Karuka agak terkejut, ia menerima tawarannya.

Di depan pintu utama, Karuka membuka pintu sambil berucap “aku pulang”
“selamat datang”  seseorang menyahut dari dalam rumah, seseorang ia berjalan menuju Karuka. Seorang wanita paruh baya sedang memperhatikan keadaan, ada seorang lagi di sana.

“kau membawa tamu?” tanya wanita paruh baya itu
“ibu! Dia temanku, Kenshin” jawab Karuka agak kesal
Ibu Karuka beralih menatap Kenshin, Kenshin pun membungkukkan badan sedikit sambil berkata “apa kabar”
Ibu Karuka tersenyum “mari makan malam bersama kami!” ajak ibu Karuka
“sebaiknya saya langsung pergi” jawab Kenshin
“jangan begitu! Ayo bergabung!” kata ibu Karuka
“baiklah jika anda memaksa” jawabnya pasrah

Di ruang makan
“anggaplah rumah sendiri!” kata ibu Karuka
Kenshin mengangguk segan lalu menyantap lagi makanan yang dihidangan

Setelah usai makan malam, Kenshin menuju ke pintu utama yang diikuti oleh Karuka, ibu dan ayahnya.

“terima kasih, bi makan malamnya” ucap Kenshin sambil membungkkukan badannya sebentar
“iya, lain kali main-main saja ke sini”
“ibu!!” tegur Karuka pelan
Kenshin hanya menganggukkan kepala segan
“saya pamit, permisi!” pamit Kenshin

“hati-hati” sahut ibu Karuka

Kenshin berjalan menuju mobilnya, masuk ke dalamnya. Setelahnya mobil bergerak jalan.

Keesokan harinya
Di sekolah terlihat ramai siswa-siswa berlalu lalang di koridor sekolah. Kenshin berjalan dengan santai tanpa mempedulikan sekitar. Orang-orang bertegur sapa di pagi hari dengan berbagai ekspresi.

“Kenshin” panggil seseorang
Seseorang yang panggil pun menoleh ke asal suara
“ohayou” lanjutnya menyapa sambil tersenyum. Ternyata Karuka.
“jangan sok akrab di sini!” sahutnya ketus berlalu pergi
Karuka terdiam mendapat sambutan seperti itu.  ia terlihat heran dengan tingkah teman sekelompoknya itu.

Di kelas
Kenshin mengambil posisi duduknya, begitu pula dengan siswa yang lain.  Bel tanda masuk berbunyi dan dimulailah perlajaran pertama. Waktu terasa lama karena pelajaran yang membosankan hari ini. Matematika, fisika, dan sastra bahasa Jepang. Tiga mata kuliah yang membosankan.

Seusai sekolah, siswa-siswi bergegas menuju gerbang utama untuk pulang ke rumah masing-masing.

Di rumah Karuka
“aku pulang” salam Karuka ketika masuk ke rumah lalu membuka sepatunya
“selamat datang! Makan siang sudah siap” ucap ibunya dari dapur

“ayah mana ya, bu?” tanya Karuka saat masuk ke dapur lalu duduk di kursi makan
“tentu saja bekerja” jawab ibunya sambil mendudukkan diri di kursi makan
“oh iya, aku lupa, bu” sahut Karuka

“selamat makan” ucap Karuka sebelum makan lalu menyantap makan siangnya
Ibunya pun melakukan hal yang sama.

Seusai makan, Karuka menaruh piring kotor di atas zink untuk dicuci.

TOK TOK TOK
Terdengar ketukan pintu berbunyi

Karuka menoleh ke belakang
“siapa ya, bu?”

TOK TOK TOK
Terdengar suara ketukan pintu lagi

“cepat buka pintunya!” perintah ibu sambil membereskan peralatan yang telah dipakai
“iya” sahutnya dan bergegas menuju pintu utama

TOK TOK TOK

 “siap- huh?”
Karuka terbungkam saat melihat siapa sosok di balik pintu itu
“Kenshin?”
“kau lupa kita belum menyelesaikan tugas kita?” tanya Kenshin pada intinya
“uh i iya...” sahutnya di ambang pintu yang terlihat bingung

“apa kau tidak mempersilakan tamumu masuk?” tanya Kenshin
“oh masuk masuk” sahutnya cepat dengan membuka pintu lebar. Kenshin pun masuk ke dalam rumah

“siapa, Karuka?”  tanya ibu  sambil berjalan menghampiri Karuka, setelah melihat siapa tamunya.

“Kenshin? Kau datang lagi” tegur ibu
“ibu! Kami akan mengerjakan tugas di sini”
“kalau begitu ibu akan membuatkan camilan untuk kalian”
Baru berbalik melangkah menuju dapur, langkahnya terhenti dan menoleh ke belakang, ke arah Karuka dan Kenshin.

“kau sudah makan siang, Kenshin?” tanya ibu
“sudah” jawabnya sambil mengangguk
“oh begitu” ibu pun kembali ke dapur

“kita kerjakan di mana?” tanya Kenshin
“di sini” jawab Karuka singkat
“baiklah!”

“atau mau di dekat halaman belakang?” tanya Karuka
“boleh juga” jawab Kenshin singkat

Di halaman belakang

Mereka mengambil posisi di teras kayu dekat halaman belakang. Suasana di sana sangat nyaman dan tenang. Mereka mulai menyiapkan perlengkapan untuk dikerjakan.

Ibu melangkah sambil membawa beberapa makanan ringan dan minuman segar menuju halaman belakang.
“camilan untuk kalian”

Karuka dan Kenshin spontan menoleh ke asal suara
“terima kasih, bi” ucap Kenshin
“makanlah! Kau pasti akan menyukainya, Karuka sangat suka makan ini hingga ada persediaan di dapur”
“ibu!!”
“ya sudah, bibi tinggal ya” ibu Karuka pergi

Karuka menghela nafas, ia merasa malu.
“aku coba ya?” tanya Kenshin sambil bersiap mengambil camilan yang telah disediakan
Karuka mengangguk lalu melanjutkan pekerjaanya
“uhm.. enak” gumam Kenshin sambil mengunyah makanan
Karuka tersenyum kecil mendengarnya

Sudah hampir 1 jam berlalu
“a anu.. Kenshin”  Karuka memecah keheningan
“uhm” Kenshin hanya menoleh ke Karuka setelah sejak tadi asyik dengan laptopnya

“a aku ke dalam sebentar ya?”
Kenshin hanya mengangguk
Ketika hendak berdiri, entah salah injak ia tidak bisa menyeimbangkan diri. Spontan dia memegang tangan Kenshin yang tadinya mulain memfokuskan diri di depan laptop

“aaah”
“oi!”  Kenshin terkejut dibuatnya
Mereka terjatuh dari atas teras panggung dengan tinggi 50 cm ke rerumputan tanah. Karuka yang sejak tadi memejamkan mata perlahan mencoba membuka. Dia dalam posisi berbaring. Dia merasakan sesuatu bersentuhan dengan dadanya. Dia sedikit menundukkan kepalanya melihat apa yang terjadi di sana.  Betapa terkejutnya ia melihat pemandangan yang tak disangkanya.

Kenshin sedang mencerna apa yang terjadi.  Perlahan ia mengangkat kepala dan tubuhnya sedikit, melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ia berada di atas Karuka dengan posisi wajahnya bersentuhan dengan dadanya. Dia melihat Karuka yang hanya terdiam.

“ah ma maafkan aku” kata Kenshin gelagapan ketika melihat wajah Karuka sudah memerah padam dan segera menjauhkan diri.
Tidak ada repon, Karuka benar-benar menegang dengan wajah yang memerah karena malu. Telah mencapai puncaknya, ia pingsan.

“oi! Karuka... oi! oi!!” panggil Kenshin sambil menepuk pelan pipinya. Setelah yakin ia pingsan, ia segera ia mengangkat tubuh Karuka dan membawa masuk ke dalam.

“ada apa, Kenshin?” saat melihat Karuka yang digendong ala bridal oleh Kenshin saat ia keluar dari dapur.
“bi, di mana kamar Karuka?” tanya Kenshin
“ikut bibi”

Sesampai di kamar Karuka, Kenshin membaringkannya perlahan lalu membetulkan posisinya.
“apa yang terjadi, Kenshin?” tanya ibu Karuka khawatir
“entahlah, bi... “ Kenshin dengan wajah sedikit memerah
Ibu Karuka melihatnya dengan heran

Beberapa menit setelah keheningan antara Kenshin dan ibu Karuka

“uh..” Karuka perlahan membuka mata
“uhh..” desahnya lagi

“kau sudah siuman?”  tanya seseorang kepada Karuka
Karuka masih belum memfokuskan penglihatannya, setelah melihat siapa sosok yang bertanya tadi.
“Kenshin?” gumamnya pelan
“ini minum dulu!” Kenshin menyodorkan segelas air mineral
Karuka bergerak dari posisi berbaring ke posisi duduk lalu mengambil air yang disodorkan oleh Kenshin.

“kau tidak apa-apa, nak?” tanya ibu
Karuka mengangguk

Kenshin menatap heran ke arah Karuka.
“kenapa akhir-akhir ini kau sering pingsan?” tanya Kenshin tiba-tiba
Karuka spontan menoleh namun pandangannya ia alihkan ke lain
“terlebih lagi di dekatku? Ada apa?” tanyanya lagi
Karuka menunduk sambil merapatkan bibirnya erat

“oh ibu mengerti situasi ini!” sahut ibu Karuka
“anda tahu?” tanya Kenshin sambil menatap ibu Karuka
“i ibuu!!” tegur Karuka terdengar manja seperti menahan sesuatu
“baiklah, ibu ke dalam dulu”
 Setelah kepergian Ibu Karuka

“hey, jawab!” lanjut Kenshin
“...”
“kau pingsan saat di mobil kemudian ta ...” kalimatnya terputus saat mengingan insiden tadi, wajahnya sedikit memerah
 “...”
Terjadi keheningan antar mereka berdua
“apa kau grogi?” Kenshin bertanya lagi
“,,,”
“atau kau menyukaiku?”
“uuhh” responnya terkejut tertahan
“kau menyukaiku?” tanya Kenshin lagi meyakinkan
Karuka mati-matian menahan sesuatu yang begejolak di dada dan wajahnya

“oi..!!” Kenshin menyadari perubahan pada wajah Karuka
“baiklah! Aku takkan mendesakmu, jadi jangan pingsan lagi!”

Karuka menggengam tangannya erat sambil memejamkan mata. Terdengar helaan nafas yang dikeluarkannya dari hidungnya.

“sebenarnya ...”
Kenshin menoleh
“anu.. aku.. eeehh” lanjutnya lagi
Kenshin masih setia mendengarkan dan memperhatikan
“aku.. sebenarnya ...”

Kenshin melihat perubahan wajah Karuka
“kalau kau ingin pingsan karena mengatakannya, jangan katakan!”
“ka kau harus tahu ...” jawab Karuka cepat
Kenshin terdiam sambil memperhatikan sosok di depannya
“se sebenarnya aku ... aku...”
“...” Kenshin mengerutkan alisnya
“aku..”
“kalau kau ingin pingsan, jangan katakan!!”

“sebenarnyaakumenyukaimu” lanjutnya cepat tanpa jeda, ia menunduk semakin dalam hingga surai rambutnya menutuoi wajahnya.
“aku juga”
“huh!” Karuka spontan mendongakkan kepalanya menatap Kenshin
“sekarang apa?” tanya Kenshin
“s semudah itu kau mengatakannya?”
“kau yang berlebihan”
“aku kan ...” ia menunduk lebih dalam hingga surai rambutnya menutupi wajahnya

Sebuah tangan besar meraih rambut yang menutupi wajah Karuka dan menyelipkannya di daun telinganya. Karuka terkejut. Kenshin meraih dagu Karuka, memaksanya mendongakkan wajahnya untuk menatapnya.

“apa kita resmi menjadi sepasang kekasih?” tanya Kenshin berbisik tapi masih bisa didengar Karuka karena jarak mereka sangat depat. Karuka mencoba kembali menunduk namun dicegah oleh tangan besar Kenshin.

“tatap aku!” pinta Kenshin berbisik
Karuka memberanikan diri menatap mata Kenshin. Kenshin mendekatkan bibirnya tiba-tiba ke bibir Karuka. Karuka terbelalak. Melihat Kenshin memejamkan matanya, ia pun ikut memejamkan matanya menikmati kelembutan yang menjalar melalui bibir.

Setelahnya ...

Kenshin melepaskan ciumannya. Bersamaan mereka membuka mata.

“mmm rasa strawberry” gumamnya setelah melepaskan ciumannya
Wajah Karuka seketika memerah
“kau terlihat manis dan imut jika wajahmu memerah” kata Kenshin
Karuka sangat malu dibuatnya, ia menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya yang ia yakini sudah sangat merah

“ah.. pasti akan sangat mudah menggodamu. Lihat saja sekarang telinganmu ikut memerah”

Karuka cepat-cepat menutupi telinganya dengan tangannya
“ah ... aku suka wajah memerahmu” gumam Kenshin menatap ke langit-langit seolah-olah melihat pemandangan yang luar biasa di atas
“Kenshin!!!” bentak Karuka. Wajahnya benar-benar memerah. Ia benar-benar mati kutu dibuatnya.

“dasar anak muda!” gumam ibu Karuka yang sejak jadi memperhatikan mereka di dekat pintu kamar Karuka, lalu pergi menjauh.

saturday-sunday, 30-31 May 2015




THE END


saturday-sunday, 30-31 May 2015
NR